Siswa SDN 071077 Madolaoli Belum Tersentuh Makan Bergizi Gratis, Hanya Jadi Penonton Dimedsos

Ridho R
banner 120x600

Gunungsitoli – Ironi di tengah program unggulan nasional. Di saat Presiden Prabowo Subianto gencar menggelontorkan Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) untuk anak sekolah di seluruh pelosok negeri.

Pasalnya, Siswa-siswi di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 071077 Madolaoli yang terletak di perkampungan Desa Tuhegeo II, Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, Kota Gunungsitoli terpaksa masih menatap kosong dari kejauhan.

SDN 071077 Madolaoli ini terletak di daerah terisolir dan kurang lebih sekitar 10 kilometer dari Kecamatan Gunungsitoli dan akses menuju sekolah ini belum tersentuh aspal namun kondisi jalannya masih terjal karena medan yang menanjak.

Lokasi sekolah dasar ini juga berada di perkampungan yang jarang penduduk. Tak heran jumlah muridnya pun sedikit, kurang lebih hanya berkisar 50 orang dari kelas 1 sampai kelas 6. Namun di balik angka yang kecil itu, tersimpan kisah getir belum sekalipun mereka mencicipi makanan bergizi gratis yang dijanjikan negara.

Para siswa itu yang berada di sebuah desa yang berbatasan Kota Gunungsitoli dengan Kabupaten Nias. Mereka hanya bisa menjadi “penonton” bagi program yang sangat mereka harapkan.

“Bapak Presiden Prabowo, kami dari siswa SDN 071077 Madolaoli, juga ingin merasakan MBG seperti anak-anak yang berada di kota,” ungkap mereka.

Harapan ini bukan tanpa alasan. Rata-rata orang tua siswa di SDN 071077 Madolaoli ini berprofesi sebagai petani (Penyadap Karet) dengan pendapatan yang tidak menentu, bahkan terganggu saat cuaca musim hujan. Kondisi ini membuat asupan bergizi bagi anak-anak menjadi sangat krusial dan mendesak.

Salah seorang orangtua Murid, Yamoni Laoli mengungkapkan, anak-anak di desanya memang sampai saat ini masih belum merasakan program yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto tersebut dan terkadang para siswa hanya bisa melihatnya lewat layar ponsel ketika di sekolah lain beredar foto-foto di media sosial saat sedang menikmati lauk ayam dan susu.

“Program MBG belum dirasakan oleh anak-anak sekolah di desa kami dan kita tidak tau terkait apa yang menjadi alasan bisa terhambat, apakah karena daerahnya pelosok dan atau karena jumlah siswanya tidak banyak sehingga menjadi kendala, “tutur Yamoni saat dihubungi melalui sambungan telepon pada Kamis (30/10/2025)

Ia menilai, anak-anak di desanya sangat membutuhkan makanan bergizi. Biasanya, anak-anak sekolah disini jarang sarapan pagi, hanya diberi uang jajan oleh orangtuanya dan itupun jika ada.

Ditambahkannya, terkadang anak-anak disini kerap bertanya mengapa mereka belum mendapat MBG seperti sekolah lain di kota dan tentunya pihak orangtua hanya bisa menjawab untuk “menunggu”.

Yamoni berharap agar anak-anak di Desa Tuhegeo II dapat merasakan manfaat dari program ini dalam waktu dekat. Meskipun jumlahnya kecil akan tetapi mereka tentu sama-sama butuh asupan gizi. (B4142160 H14)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *