Lampung Timur – Pemeliharaan di bidang pertanian pada pelaksana teknis dinas kantor Unit pelaksana teknis Dinas-Balai penyuluhan pertanian (UPTD-BPP) Lampung Timur mengenalkan pupuk organik cairan Elisitor Biosaka dan manfaat nya Kepada gabungan kelompok tani (Gapoktan), di Aula UPTD/BPP sukadana ilir, Selasa (07/02/2023).
Turut menghadiri kepala UPTD/Bpp kec sukadana Lampung Timur, Irhanip. SP. Beserta penyuluh dengan Nara sumber ahmad sopian ,Beserta perwakilan masyrakat yang tergabung dalam gabungan kelompok tani (Gapoktan).
Beberapa hal dan manfaat pupuk Biosaka yang disampaikan kan Bapak Ahmad Sopiyan selaku Narasumber bicara Dalam rapat tersebut. Selain langka nya pupuk kimia bersubsidi di lampung timur UPTD Lampung Timur mengajak gabungan kelompok tani (Gapoktan) menerapkan pupuk cairan yang terbuat dari tumbuhan alam guna menanggulangi kelangkaan pupuk kimia yang melanda Lampung Timur saat ini.
Elisitor adalah molekul signal yang memacu terbentuknya metabolit sekunder di dalam kultur sel. Elisitor yang berasal dari bahan hayati disebut Elisitor biotik yang meliputi polisakarida, protein, glikoprotein atau fragmen-fragmen dinding sel yang berasal dari fungi, bakteri, dan tanaman. Sedangkan Elisitor abiotik adalah zat yang dihasilkan dari bahan non hayati berupa logam berat, garam anorganik, pH, stress suhu, cahaya, dan sebagainya.
Tanaman elisitor adalah suatu tanaman yang mengandung senyawa kimia yang dapat memicu respon fisiologi, morfologi dan akumulasi fitoaleksin, meningkatkan aktivasi dan ekspresi gen yang terkait dengan biosintesis metabolit sekunder. Elisitor dapat menginduksi resistensi tumbuhan.
Istilah ini diperkenalkan oleh Prof. Robert Manurung ahli ITB setelah mendapatkan informasi terkait penggunaan bahan Biosaka hasil temuan M. Anshar dari Blitar. Seperti diketahui Biosaka sebelumnya dikira semacam hormone atau katalisator yang mampu mengurangi penggunaan pupuk dan mampu melindungi tanaman dari serangan hama penyakit. Pada saat ini jajaran Kementan sedang melakukan pengkajian penggunaannya, baik mengkaji kandungan biologi bahan, maupun dilakukan pengujian lapang multi lokasi di beberapa tempat di Indonesia.
“Agar kita tidak ketinggalan informasi, maka kita perlu mempelajari informasi terkait Elisitor Biosaka, Belajar memilih bahan, membuat dan mencoba aplikasi pada tanaman pertanian, khususnya di lampung Timur sehingga secara cepat dan tepat dapat belajar dan mengetahui hasilnya,”
“Elisitor Biosaka tidak menggunakan mikroba maupun proses fermentasi dalam pembuatannya,” dan bukan teknologi yang rumit, tapi hanya sesuatu yang sederhana sekali. “Dalam membuatnya tidak menggunakan mesin, hanya dengan tangan,” ujar Ahmad Sopiyan dalam rapat tersebut
Bambang mengakui, awalnya dirinya hanya ingin membantu petani, namun malah kini berkembang dengan baik di Blitar. Sebagai penggagas Biosaka, ia mulai melakukan riset sejak tahun 2023 ini Kemudian mulai dikembangkan secara masif pada tahun 2011 melalui pemberdayaan petani. “Kami memberikan pendampingan dan observasi langsung pada lahan milik petani,” ujarnya.
Kelebihan bahan ini menurut penemunya yaitu: Pertama, efektifitas kinerja yang baik. Reaksi biosaka dapat dilihat dalam waktu 24 jam setelah aplikasi. Kedua, dapat digunakan pada seluruh fase tanaman, mulai dari benih sampai panen, Ketiga, proses produksinya pun sangat cepat karena tidak menggunakan metode fermentasi yang biasanya memakan waktu paling cepat 1 minggu. Keempat, cara penggunaannya mudah dan penggunaan dosis yang sangat sedikit, cukup 40 ml dicampur 15 liter air untuk satu kali penyemprotan untuk luasan 1.000 m2, atau 400 ml untuk 1 ha tanaman padi.
“Penyemprotan dari mulai tanam sampai panen dilakukan sekitar 7 kali aplikasi, Kelima, dapat diterapkan pada semua komoditas, termasuk tanaman perkebunan. Keenam, dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 50-90 persen, sehingga jauh menghemat biaya produksi. Ketujuh bahan baku Biosaka juga tersedia setiap saat di lingkungan petani, dimana dan kapanpun.” tutupnya. (Hen/Rjk)