JAMBI.- ada tiga kecamatan di kabupaten Muarojambi, dulu hanya unit pemukiman transmigrasi dari Pulau Jawa di era akhir 1970 hingga awal 1980 an.
Sentuhan tangan dingin dari Direksi PTPN 6 Jambi Iswan Achir dan berkolaborasi dengan Pemprov Jambi, membuat pemukiman yang dulu hutan belantara menjadi pusat perekonomian. Unit transmigrasi itu, kini menjadi tiga kecamatan di kabupaten Muarojambi yakni Kecamatan Sungai Bahar, Bahar Utara dan Bahar Selatan.
“‘PTPN punya peranan besar di sungai Bahar. Kesejahteraan rakyat Sungai Bahar saat ini berkat PTPN VI. Itu tak bisa dipungkiri,”” kata Nazli, aktifis pergerakan sosial.
Desnat melihat apa yang dberikan PTPN melebihi yang di duga. PTPN membina bermitra dengan warga transmigrasi. Bahkan apa kebutuhan warga terus dipenuhi PTPN.
Hasil perkebunan warga dibeli PTPN dengan harga tinggi. Bahkan perusahaan milik pemerintah ini mendirikan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) untuk menampung hasil panen warga berupa Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang mencapai ratusan ton perhari.
“Catatan saya ada 3 PKS PTPN di Sungai Bahar. Ini untuk membantu warga memasarkan panen. Tak hanya mengincar profit, PTPN juga membuat dan memperbaiki jalan-jalan milik warga. Makanya warga makin sejahtera,” katanya.
Kini pertumbuhan ekonomi di Sungai Bahar terus berkembang. Barang mewah perkotaan bukan hal aneh lagi bagi warga transmigrasi. Sungai Bahar bagai magnet bagi warga provinsi lain mencoba peruntungan mencari kerja di Sungai Bahar.
Pengusaha juga melihat apa yang di kelola PTPN. Lalu mereka mulai berusaha dengan mendirikan perkebunan kelapa sawit serta Pabrik Kelapa Sawit (PKS).
“Setelah Sungai Bahar makmur, banyak itu cukong-cukong datang ikut berkebun dan mendirikan perusahaan perkebunan sawit serta mendirikan PKS-PKS. Mereka ini menawarkan iming-iming ke warga harga jual TBS tinggi dan cara berusaha yang tidak sehat,” papar Desnat.
Di lapangan sangat jelas terlihat. Bahkan tidak sedikit warga terpengaruh dan menjual TBS di PKS perusahaan milik cukong berduit.
“Saya lihat warga seperti malin kundang. Melupakan begitu saja perusahaan yang membesarkan dan membantu selama puluhan tahun,” paparnya.
Di sisi lain Desnat juga berharap PTPN terus berbenah mengkaji dan meneliti kenapa warga seakan kacang lupa kulit.
“Saya lihat ada yang salah di PTPN. Ada apa ini fenomena ini. PTPN segera rapatkan barisan kolaborasi lagi dengan warga,” pungkasnya.(Rhadi)