Lampung – Kinerja perekonomian Provinsi Lampung Tw-III 2023 tumbuh 3,93% (yoy), sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya tumbuh 4,00% (yoy). Pertumbuhan di Tw-III tersebut utamanya ditopang peningkatan investasi di tengah perlambatan kinerja Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Lembaga Non Profit (LNPTR). Secara nominal, perekonomian Lampung pada Tw-III 2023 berdasarkan ADHB tercatat Rp116,25 triliun dan berdasarkan ADHK (2010) sebesar Rp69,56 triliun.
Sedikit melambatnya kinerja perekonomian Lampung di Tw-III 2023 tersebut terutama disebabkan oleh melemahnya kinerja Konsumsi Pemerintah yang mengalami kontraksi sebesar 3,01% (yoy), dibandingkan periode sebelumnya tumbuh 4,54% (yoy). Penurunan tersebut disebabkan oleh menurunnya realisasi belanja pegawai dan barang jasa masing-masing terkontraksi 10,71% (yoy) dan 8,63% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya tumbuh 23,71% (yoy) dan 3,27% (yoy). Lebih lanjut, perlambatan ekonomi di Tw-III ini juga disebabkan oleh penurunan kinerja Konsumsi Rumah Tangga dari 5,87% (yoy) menjadi 5,21% (yoy), sejalan dengan perlambatan kinerja kredit perseorangan seiring kenaikan suku bunga kredit pada triwulan laporan. Sementara itu, kinerja pembiayaan sektor korporasi yang terkontraksi semakin dalam juga berpengaruh terhadap tertahannya kenaikan pendapatan.
Dari sisi permintaan, pertumbuhan positif perekonomian Lampung pada triwulan III 2023 didukung oleh peningkatan kinerja Investasi atau Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) yang tumbuh sebesar 4,43% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan sebelumnya sebesar 2,18% (yoy). Peningkatan tersebut didorong meningkatnya aktivitas investasi bangunan sejalan dengan percepatan perbaikan 17 ruas jalan di Lampung yang hingga saat ini progresnya telah mencapai 70% sejak awal pembangunan pada Juli 2023.
Disisi lain, sektor eksternal walaupun masih mengalami pertumbuhan negatif, namun menunjukan perbaikan dari kontraksi sebesar sebesar 29,47% (yoy) membaik menjadi 13,05% (yoy), Kondisi ini berdampak positif menahan pelemahan ekonomi Lampung di priode laporan. Perbaikan tersebut didukung oleh terjaganya permintaan produk turunan minyak kelapa sawit dari India dan perbaikan permintaan lada Amerika Serikat. Sementara itu, kinerja sektor eksternal yang masih terkontraksi sejalan dengan berlanjutnya penurunan kinerja ekspor batu bara dan disrupsi cuaca terhadap produksi kopi robusta Lampung.
Dari sisi Lapangan Usaha (LU), penurunan kinerja LU Administrasi Pemerintahan dan normalisasi kinerja LU tersier menahan akselerasi perekonomian Lampung Tw-III 2023. Kinerja LU Administrasi Pemerintahan terkontraksi 9,00% (yoy), melemah dibandingkan triwulan sebelumnya tumbuh 4,39% (yoy). Kondisi ini dampak dari pagu belanja APBD dan APBN Provinsi Lampung yang cukup ketat pasca realisasi belanja yang front loading pada Tw-I dan Tw-II 2023. Disisi lain, kinerja LU Perdagangan Besar dan Eceran (PBE) dan LU Transportasi dan Pergudangan (Trans-Gud) pada Tw-III 2023 juga mengalami perlambatan dimana masing-masing tumbuh 7,15% (yoy) dan 13,46% (yoy), melambat dibandingkan capaian pertumbuhan 9,97% (yoy) dan 19,32% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Penurunan kinerja LU PBE dan Trans-Gud tersebut sejalan dengan berlanjutnya normalisasi kinerja LU tersier di tengah permintaan swasta dan perdagangan antar daerah yang melambat. Lebih lanjut, LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tercatat hanya tumbuh 1,28% (yoy), melambat dibandingkan 1,45% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Penurunan kinerja LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan terutama disebabkan oleh penurunan produksi jagung sebagai salah satu tanaman yang sangat rentan dipengaruhi kondisi cuaca dan harga pupuk yang kembali meningkat, yang kemudian berdampak kepada kenaikan harga pakan ternak yang mempengaruhi kinerja produksi sub LU Peternakan. Selain itu, kinerja sub LU Perkebunan juga tercatat mengalami penurunan, terutama untuk kopi, kelapa sawit, dan karet.
Di sisi lain, pertumbuhan positif perekonomian Lampung pada Tw-III 2023 ditopang oleh peningkatan kinerja LU Konstruksi dan perbaikan LU Pertambangan yang masing-masing tumbuh 9,16% (yoy) dan 6,94% (yoy), menguat dibanding priode sebelumnya yang hanya tumbuh masing-masing 2,37% (yoy) dan 1,77% (yoy). Menguatnya sektor konstruksi didukung peningkatan realisasi pengadaan semen dan produksi bahan galian akibat proyek konstruksi yang meningkat. Sementara itu, menguatnya kinerja sektor pertambangan didorong oleh produksi minyak bumi Pertamina Hulu Energi Offshore South East Sumatera (PHE OSES) yang meningkat menjadi 20.500 BOPD dari 6.100 BOPD pasca dilakukannya revitalisasi main oil line (pipa bawah air) sepanjang 30 km. Revitalisasi pipa yang telah selesai pada awal September 2023 mendukung reaktivasi 48 sumur-sumur minyak di Central Business Unit.
Ke depan, perbaikan kinerja ekonomi Provinsi Lampung diperkirakan terus berlanjut, meski risiko dari sektor eksternal perlu diwaspadai. Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang optimal serta menjaga stabilitas makroekonomi, diperlukan upaya bersama dari seluruh pihak, antara lain:
1. Memperkuat permintaan domestik dengan mendorong peningkatan produktivitas Lapangan Usaha Pertanian, terutama subsektor tanaman pangan, melalui peningkatan pemanfaatan alat dan mesin pertanian (ALSINTAN) dan benih berkualitas, penguatan askes pembiayaan procyclical bagi petani, serta memastikan ketersediaan pupuk berkualitas di Provinsi Lampung di tengah berlanjutnya tensi geopolitik global;
2. Memperkuat peran belanja APBN dan APBD melalui peningkatan efektivitas dan perluasan multiplier effect dari program pengembangan ekonomi dan pengendalian harga Pemerintah Daerah, serta optimalisasi SILPA;
3. Memperkuat strategi dan koordinasi untuk meningkatkan ketahanan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi, antara lain melalui:
a. Mendorong program hilirisasi di sektor pertanian khususnya subsektor tanaman pangan (beras, ubi kayu, dan jagung), subsektor perkebunan (CPO dan tebu), dan subsektor hortikultura (aneka cabai); dan
b. Memperkuat model bisnis dan pembiayaan guna mendorong akselerasi hilirisasi pangan;
4. Memperkuat kolaborasi dengan akademisi atau stakeholders lainnya dalam hal Research and Development terkait produk olahan berbasis market demand.
5. Mendorong sektor pariwisata sebagai new source of growth
6. Akselerasi digitalisasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan inklusivitas, termasuk implementasinya untuk mendukung fiskal daerah; dan
7. Memperkuat koordinasi pengendalian inflasi melalui sinergi TPIP-TPID didukung GNPIP untuk menjaga ekspektasi inflasi memitigasi risiko El Nino, serta upaya penguatan ketahanan pangan nasional. (Rls/Sus)